Salah satu yang menjadi kekhawatiran dalam perjalanan wisata ke Iran adalah mengenai bagaimana cara berpakaian. Tidak dapat dipungkiri bahwa status sebagai Republik Islam membuat banyak orang berpikir bahwa tata cara berpakaian maupun hubungan sosial di Iran tidak akan berbeda jauh dengan negara-negara Arab dimana ada pembatasan akses ke dalam kehidupan sosial/ekonomi kepada perempuan, termasuk cara berpakaiannya. yaitu kewajiban menutup aurat dan larangan masuk ke area publik.
Memang ... beberapa tahun yang lalu, boss dan istri pernah mengunjungi Iran untuk wisata, namun tentu saya tidak mungkin meng"interogasi" beliau, menanyakan ini itu sebagai persiapan berangkat ke Iran. Apalagi persiapan kepergian saya cukup singkat dan saat itu, bigboss dan nyonya kebetulan tidak berada di Jakarta.
Jauh sebelumnya, ipar saya yang memiliki menantu perempuan Iran, bercerita bahwa sang menantu yang lulusan Australia itu tidak mungkin kembali ke Iran untuk berkarier di sana. Sebagai engineer, kesempatan memperoleh kerja sesuai bidangnya sangat terbatas. Kondisi di Indonesia sendiri belakangan ini yang sebagian masyarakatnya dianggap terpapar paham Islam radikal ini tentu turut memicu kekhawatiran untuk berkunjung ke negara-negara berlabel Islam.
Masalah ini serta cara berpakaian yang sesuai dengan adab di Iran, sempat saya tanyakan kepada Tahereh dan dia memberikan beberapa link yang bisa saya gunakan untuk persiapan.
Akhirnya saya, untuk perjalanan ke Iran ini memutuskan bahwa selain membawa fit-jeans yang biasa saya pakai, sweat shirt dan 2 buah kemeja atau lebih tepat disebut tunik berbahan jeans yang panjangnya menutupi 1/2 paha, saya memutuskan untuk membawa juga abaya hitam yang saya beli di Arab Saudi beberapa tahin yang lalu, untuk berjaga-jaga bila diperlukan untuk dipakai, selain tentu saja membawa overcoat. Dan ketika berangkat, untuk amannya saya memakai kemeja tunik.
Mendarat di Imam Khomeini International Airport, kami segera mengurus entry visa, Pada notifikasi yang kami terima, visa memang akan diterbitkan di airport. Tak banyak yang ditanyakan, kecuali apakah kami sudah memiliki asuransi perjalanan dan dimana kami akan tinggal. Kami perlihatkan sertifikat asuransi serta daftar akomodasi yang dikirimkan oleh Hellopersia.com. Tanpa banyak tanya lagi, setelah membayar tarif visa on arrival tersebut mereka menempelkan stiker di sampul luar passport. Jadi ..... kekhawatiran teman-teman saya yang menyatakan akan mendapat kesulitan berkunjung ke Amerika setelah berkunjung ke Iran, seharusnya tidak beralasan lagi, karena stiker itu akan sangat mudah dilepaskan kembali. Namun ... tentu berbeda halnya untuk teman-teman kolektor entry visa sebagai bukti perjalanan wisatanya keliling dunia... Mereka tidak akan memperoleh stempel kedatangan dan keluar dari Negeri para Mullah tersebut.
"Anda memasuki/berada di wilayah Republik Islam Iran. Penggunaan Hejab bagi wanita adalah WAJIB" Kira-kira begitulah pengumuman yang tertulis dalam X-banner yang saya baca saat menunggu koper. Saya memang tijdvak terlalu peduli dengan pengumuman tersebut Karena keseharian saya memang menggunakan jilbab/hijab a la Indonesia. Jadi kewajiban yang tertulis di X-Banner tersebut tidak akan berpengaruh terhadap penampilan saya.
Di luar dugaan .... saya merasa pakaian yang saya gunawan menjadi lebih "tertutup" dibanding dengan perempuan Iran baik muda maupun tua yang dini hari tersbut berseliweran di airport. Perempuan muda semua terlihat sangat modis dengan hejab a la Iranian. Kalau di Indonesia, hejab yang digunakan perempuan Indonesia, biasa disebut sebagai kerudung. Hanya menyampirkan selendang di sebagian kepala sehingga separuh rambut di bagian depan masih terlihat.
"Anda memasuki/berada di wilayah Republik Islam Iran. Penggunaan Hejab bagi wanita adalah WAJIB" Kira-kira begitulah pengumuman yang tertulis dalam X-banner yang saya baca saat menunggu koper. Saya memang tijdvak terlalu peduli dengan pengumuman tersebut Karena keseharian saya memang menggunakan jilbab/hijab a la Indonesia. Jadi kewajiban yang tertulis di X-Banner tersebut tidak akan berpengaruh terhadap penampilan saya.
Di luar dugaan .... saya merasa pakaian yang saya gunawan menjadi lebih "tertutup" dibanding dengan perempuan Iran baik muda maupun tua yang dini hari tersbut berseliweran di airport. Perempuan muda semua terlihat sangat modis dengan hejab a la Iranian. Kalau di Indonesia, hejab yang digunakan perempuan Indonesia, biasa disebut sebagai kerudung. Hanya menyampirkan selendang di sebagian kepala sehingga separuh rambut di bagian depan masih terlihat.
Gadis Iran yang jelita dan modis |
Memang di antaranya banyak yang pengguna chador bisa ditemui dijalan. Perempuan Iran umumnya memakai chador berwarna hitam. Namun chador di Iran sangat berbeda dengan pengertian di Indonesia manakala mendengar kata pemakai cadar, yaitu mereka yang memakai pakaian hitam lebar dan melengkapinya dengan menutup wajah hingga hanya matanya saja yang terlihat.
Di Iran ..., chador adalah kain lebar yang digunakan untuk menutupi bentuk tubuh perempuan. Penggunaannya disampirkan di atas kepala hingga menutupi seluruh tubuh hingga kaki, Seperti pemakai cadar di Indonesia, pengguna chador di Iran juga tida terlalu banyak, apagai pengguna chador hingga hanya terlihat mata saja. Sangat jarang ditemukan.
Chador saat ziarah ke makam Ayatullah Khomeini |
Rupanya ada perbedaannya .... kepala perempuan Iran akan diberikan chador berwarna hitam polos, sementara kepada perempuan non Iran diberikan chador bermotif bebungaan. Cara elegant dan cerdas untuk mengawasi dan mengetahui keberadaann orang asing di lingkungan tersebut.
Saya juga diberitahu bahwa lelaki/ulama yang memakai jubah dan sorban juga bisa dibedakan "status"nya. Pengguna sorban berwarna Putih adalah ulama keturunan rakyat biasa sementara lelaki/ulama yang menggunakan sorban berwarna hitam adalah dari golongan sayyid atau keturunan Rasulullah SAW dari garis Ali RA, sang menantu terkasih.
YANG MENARIK DARI ORANG IRAN
kue pemberian Staff museum dlm perjalanan ke Qom |
Yang pertama tentu saja kehangatan sambutan dari Tahereh sang Travelk consultant yang cantik itu dan agak surprise saat dia memberikan taplak meja Khas Iran yang cantik.
"Dari management Hellopersia.com, sebagai ucapan Selamat datang" , begitu katanya. Wow ..... apapun alasan di balik pemberian tersebut, tapi perhatian itu tentu sangat menyentuh perasaan.
Dengan Muhammad, Supir yang menemani kami di Tehran, memang tijdvak baanvak interaksi karena pertemuan kami secara total mungkin hanya berlangsung selama 8 jam saja. Lain halanya dengan Ali, supir yang menemani kami selama 10 hari penuh yaitu perjalanan mulai dari Shiraz - Yazd - Isfahan - Qom hingga berakhir di Imam Khomeini International Airport Tehran di Tengah malam yang dingin.
Hari pertama bertemu, saat makan siang ... dia bermaksud membayari kami makan .... Bukan main... Rasanya agak ajaib, kalau dia yang membayari makan siang kami...
"No ... Ali, you are our companion and we have to bear your expenses, especially your lunch" dan ..... ternyata untuk mengimbangi "kebaikan" kami, setiap 3 hari, saat kami Naik mobilnya untuk memulai perjalanan, di jok belakang sudah tersedia sekantung plastik buah-buahan, terdiri dari pisang, orange, kiwi, apple dan kyuri.
Buah2an yang disediakan Ali sang supir |
Tentu saja karena sudah kenyang, maka kami hanya minum .... sambil menunggu waktu ke airport. Sungguh .... perjalanan Wisata ke Iran yang dirancang secara "sembarangan" ini menjadi perjalanan wisata yang sangat berkesan.
Berharap suatu saat akan berkunjung kembali pada musim yang berbeda. Spring & fall should be best moment to visit Iran.