Di jalan menuju rumah saya ada beberapa batang pohon rambutan. Satu sudah mati karena kemarau panjang dan yang lainnya masih berwarna hijau. Di halaman rumah, ada dua batang pohon rambutan yang sedang berbuah. Satu sudah berwarna kemerahan sedang satu lagi (rambutan rapiah) masih hijau.
Tahun ini kemarau panjang turut mempengaruhi pertumbuhan buah-buahan. Dimensi rambutan menjadi lebih kecil. Sebagian malah mengering dan berguguran. Daging buahnya lebih tipis dan rasanya agak asam, tidak setebal dan semanis biasanya. Tetapi itupun masih lebih baik karena dua tahun yang lalu, pohon rambutan malah tidak berbuah sama sekali.
Namun demikian, kejadian alam berupa anomali cuaca ini membawa hikmah tersendiri. Ternyata, pohon bebuahan ini menyemaikan putik bunga baru dan sudah mulai terlihat bakal buah yang menghijau disamping buah yang sudah matang kemerahan. Hal ini tentu akan memperpanjang musim rambutan.
Yang paling menjengkelkan, ternyata rambutan yang matang kemerahan mengundang anak dasn remaja iseng. Setiap habis maghrib, entah darimana datangnya, anak-anak dan remaja ramai menggasak rambutan. Padahal sungguh mati, kalau saja mereka meminta dengan baik-baik, kami tentu akan memberikannya. Rambutan yang lebat itu tentu tidak akan habis oleh enam orang penghuni rumah. Apalagi masih ada rambutan dari kebun adik saya yang tinggal di Cinere dan Cilobak.
Malam ini saat saya dengar anak-anak mulai menggasak rambutan, saya keluar kamar sambil memanggil suami. Mendengar suara, sebagian anak berlari namun sebagian tetap mencuri sambil memanggil teman-temannya yang lari...;
”Hei ... cuek aja....”
Spontan, saya menegur mereka;”Kok mencuri sih? Kenapa tidak meminta langsung?”
Dari balik tembok, mereka menjawab....;
”Habis enak sih ....”
Saya bingung ... sungguh bingung, entah apa yang dimaksud anak-anak itu. Mencurinya yang enak atau buah rambutannya yang enak.
Mencuri buah-buahan dari kebun orang sepertinya menjadi cerita klasik di Indonesia yang sering diangkat dalam baik buku cerita, film dan berbagai media lainnya. Saking seringnya, mungkin akhirnya ”pencurian buah-buahan” karena bentuk kerugiannya relatif tidak besar, dianggap sebagai peristiwa sehari-hari yang wajar dan menjadi romantika kehidupan remaja. Tidak dianggap sebagai tindak kriminal. Padahal menurut saya, seluruh bentuk penjarahan atas milik orang lain atau memakai dan menggunakan milik orang lain tanpa ijin pemiliknya, berapapun besaran kerugian yang diderita, maka itu bisa digolongkan sebagai peristiwa kriminal Jadi, bukan soal besaran kerugiannya yang menjadi faktor sebuah pencurian patut dikategorikan sebagai tindakan kriminal.
Suami yang saya keluhkan mengenai masalah ini hanya menanggapi sambil lalu saja ...;
”Sudahlah ... gak usah diributkan! Gak level kalau kita harus ribut dengan anak-anak kampung itu”
Duh ... memang bener sih .... Tapi apa dia lupa ya, bahwa anak-anak, siapapun dia, anak kampung atau anak kota .... anak gelandangan atau anak rumahan ... anak sekolahan atau anak jalanan, mereka tetap harus diberikan pendidikan untuk menghargai milik orang lain. Kalau tidak .... maka mereka akan tumbuh tanpa aturan. Seperti laiknya kehidupan di alam bebas. Siapa yang kuat, dia yang berkuasa. Tidak mampu membedakan mana yang menjadi haknya dan mana yang menjadi hak orang lain.... Bukan tidak mungkin, kelak saat mereka dewasa, mereka akan beranggapan bahwa apa-apa yang ada dihadapannya menjadi miliknya. Tidak mau dan tidak mampu menghargai hak milik orang lain. Atau mungkinkah ini sebagai jawaban mengapa korupsi merajalela di Indonesia dan sulit diberantas? Karena semua orang menganggap bahwa dia berhak menjarah apa yang ada di hadapannya seperti anak-anak itu menjarah rambutan di kebun milik orang?
Wallahu alam.
Lebak bulus 7nov06****
Les enfants voleurs?
Sur l’allee en dirigeant mon domicile, se trouve quelques arbres de ramboutan.. l’un d’entre est deja mort due a la secheresse et les autres fruits sont encore verts. Ces arbres se trouvent aussii dans mon jardin. Les fruits d’un arbre sont deja jaunatres tandis que l’autre sont encore vert.
Ce qui est embetant, ces fruits provoquent l’arrivee des adolescents de voisinage qu’au lieu de demander au proprietaire, ils preferent de les voler.
Ce soir, en entendant les bruits, je suis sortie de la chambre et se dirigeais vers eux.
”Pourquoi preferiez-vous de voler les ramboutan, plutot que de demander au proprietaire?”Les enfants derriere le murs ont repondu;
”C’est bon....!”
Franchement, je ne comprend pas a ce qu’ils ont voulu dire. Est-ce cela veut dire que les ramboutan sont bon ou bien qu’ils ont voulu dire quils aiment voler les ramboutan. Mais quoi que se soi …. Voler quelque chose, quelque soit le valeur est deja une acte criminelle qu’on ne puisse jamais tolerer.