Sabtu, 19 Desember 2009

Yang wajib ditonton : SANG PEMIMPI

Saya, bukan penggemar akut nonton film. Bisa dihitung dengan jari, tak akan lebih dari 5 kali nonton. Bahkan mungkin hanya 1 kali setahun karena saya ingat, film terakhir yang saya tonton adalah Laskar Pelangi dan sekarang Sang Pemimpi.

Film sang pemimpi memang sudah masuk dalam daftar "wajib tonton" karena selain "sudah terpengaruh" dengan isi novelnya Andrea Hirata, tapi juga karena untuk memvisualkan novel tersebut ke dalam film, Andrea bekerja sama dengan Riri Reza dan Mira Lesmana yang sudah menjadi "jaminan mutu". Maka.... karena itulah, hari Jum'at 18 Desember 2009 lalu (tidak terasa tahun sudah berganti) usai makan siang kami bertiga berangkat ke citos untuk nonton SANG PEMIMPI.

Saya memang tidak ingin membuat resensi film tersebut. Seperti yang sudah saya katakan, untuk kelas Indonesia, Riri Reza dan Mira Lesmana sudah merupakan jaminan mutu bagi film-film "berkelas". Saya cuma ingin bicara tentang isi film tersebut, yaitu penggalan hidup sang penulis, Andrea Hirata saat masih remaja.

Terus terang saja, kalau saja saya hanya lahir dan besar di Jakarta serta tidak pernah tinggal di daerah, agak sukar mempercayai betapa kerasnya perjuangan hidup Ikal atau dalam hal ini Andrea Hirata.

Belitong, khususnya Gantong dan Mangar di tahun 90an bisa jadi terlalu sederhana dibandingkan dengan gemerlapnya Jakarta baik pada tahun-tahun tersebut apalagi kalau dibandingkan dengan sekarang. Padahal.... kalau kita mau sedikit "berpayah-payah" keluar masuk daerah kumuh di balik kemewahan Jakarta, sesungguhnya "kekumuhan" dan kekerasan hidup itu tidak jauh dari mata kita dan ini terjadi bukan saja pada tahun 70an - awal 80an saat saya harus "mblusukan" masuk ke perkampungan kumuh dan padat di Tambora untuk melaksanakan tugas kuliah. Tapi, ternyata hingga abad ke 21, kekumuhan Jakarta masih tetap ada dan saya temukan saat secara tidak sengaja jalan pagi di sekitar tempat tinggal, menemukan kampung di atas tumpukan sampah di "pedalaman" Lebak Bulus. Di balik perumahan elite dimana rumah-rumah mewah dengan luas halaman menutupi "aroma busuk" sampah dan kekumuhannya.

Bisa jadi, kehidupan di wilayah kumuh tersebut sama kerasnya dengan kehidupan anak-anak buruh tambang timah di Belitong tersebut. Bahkan mungkin juga tidak sekeras anak-anak Belitong karena anak-anak itu tumbuh menjadi anak jalanan yang "dengan mudah" meraih belas kasihan dan memperoleh uang dari masyarakat Jakarta, pada setiap perempatan jalan


Senin, 14 Desember 2009

Musimnya orang menikah

Nggak tahu mesti nulis apa, kali ini. Mau nulis komentar tentang carut marut hukum di Indonesia, sudah terlalu banyak yang ngomong. Sampai bosan dengar di TV, radio dan dimana saja kita ketemu teman. Kalau masih nekat juga nulis, nanti “dimarahi” Tintin…. hehehe….

Tumben dia ngomel!!! Biasanya orang seperti dia, akan mudah “tersentuh” hal-hal yang terasa tidak adil dan menyakiti rakyat kecil. Mungkin kali ini dia sudah muak dengan “kebebalan” para aparat penegak hukum yang sudah terbutakan mata hati nuraninya. Bagaimana tidak, kalau orang yang mencuri 3 buah coklat, makan 1 buah semangka dan hal-hal yang remeh temeh saja sudah kena bui 1–3 bulan. Sementara yang ngemplang duit negara milyaran bahkan trilyunan malah merasa aman melanglang buana di luar negeri dari hotel ke hotel atau bahkan bisa jadi sedang menikmati rumah dan apartemen mewah nya di daerah elite manca negara. Jadi… sekarang, kita nggosip aja ya… Kan perempuan suka gossip.

Bulan Desember ini rupanya jadi pilihan banyak orang untuk menikah. Bulan baik kalau buat muslim …., karena bertepatan dengan bulan pelaksanaan ibadah haji dan awal tahun baru, yaitu bulan Muharam yang dimulai pada tanggal 18 Desember yang akan datang.

Salah satu rekan kantor (boleh juga dibilang anak, kali ya… karena umurnya nggak jauh beda dengan anak sulungku) yang beragama Katholik akan menikah pada tanggal 18 Desember yang akan datang dan sementara keponakan suamiku (muslim) akan menikah pada tanggal 25 Desember (akad nikah) dan resepsinya diselenggarakan pada keesokan harinya. Lucu aja melihat koinsiden tersebut. Yang beragama katholik menikah pada saat umat Islam merayakan tahun baru hijrah sedangkan yang muslim menikah saat para kristiani merayakan Natal. Eh tapi, bukan hal itu yang jadi sorotanku.

Menikah sepertinya dan memang sudah seharusnya menjadi tujuan hubungan dua orang manusia yang berlainan jenis kelamin …., gimana enggak, wong yang berjenis kelamin sama aja berniat mengikatkan hubungan sejenisnya melalui lembaga pernikahan kok! Jadi…, pantas saja kalau suatu hubungan kasih sayang yang serius di antara dua orang manusia akan bermuara dalam sebuah lembaga pernikahan. Namun yang seringkali dilupakan adalah… bahwa pernikahan bukanlah sebuah akhir dan tujuan dari sebuah hubungan kasih sayang tetapi justru awal dari kehidupan yang sebenarnya.

Kalau mau diibaratkan seperti sekolah/kuliah… katakanlah saat pernikahan itu seperti saat wisuda. Senang sekali karena tujuan/akhir perjuangan panjang selama sekolah sudah tercapai. Begitu juga dengan pernikahan…, perjalanan panjang selama “pacaran” sudah mencapai garis finish, dengan menikah. Kenyataannya, setelah wisuda dan pernikahan, kita malah menghadapi realita kehidupan yang sebenarnya. Kalau selesai sekolah kita masuk ke dunia nyata untuk bekerja secara mandiri, menghidupi diri dari “kemampuan” diri sendiri, begitu juga dengan pernikahan.

Kita “melepaskan diri” dari “lindungan kenyamanan sebuah sarang” bernama keluarga dan membentuk sarang baru dengan anggota yang baru, yaitu istri untuk kemudian berkembang biak dengan anak-anak yang akan lahir.Menurut saya, ada persamaan dengan bekerja dengan perjalanan pernikahan. Bahwa perusahaan tempat kita bekerja dan para pekerjanya selalu berharap berkembang ke arah yang lebih baik, sehingga si pekerja bisa memperoleh posisi dan penghasilan yang lebih baik dari tahun ke tahun. Kalau salah satunya tidak terpenuhi, maka keduanya bisa jadi akan “berpisah jalan”.

Kalau jalannya perusahaan tidak baik, maka perusahaan mungkin akan mem PHK kan karyawannya. Begitu juga bila si karyawan lama-kelamaan merasa perusahaan tempatnya bekerja tidak lagi memenuhi harapannya, maka dia akan mulai “berselingkuh”, melirik kesempatan kerja di tempat lain untuk kemudian meninggalkan perusahaan tersebut untuk pindah ke perusahaan yang baru itu pada waktunya.

Ini untuk karyawan yang punya potensi baik dan “mampu” bersaing di dunia kerja. Kalau karyawan yang kemampuannya “terbatas” dengan lagak sebagai loyalis dia akan tetap bertahan. Tapi bukan tanpa protes. Protesnya justru lebih “berbahaya” karena makin membebani dan merugikan perusahaan. Dia tidak lagi bekerja dengan baik, malah mencuri-curi waktu untuk cari kerja sampingan dan lain-lain sementara perusahaan mungkin tidak sadar. Atau kalaupun sadar, tapi tidak “mampu” mem PHK karena kewajiban membayar pesangon.

Itu sebabnya perusahaan yang baik selalu me “refresh” karyawannya, memberi “makanan” rohani berupa fasilitas pelatihan, liburan, jabatan dan lain-lain, termasuk juga memberi makanan jasmani berupa fasilitas kendaraan, gaji besar, bonus dan lain sebagainya

Tidak berbeda dengan dunia kerja, sebetulnya kehidupan rumah tangga juga selalu dinamis. Kalau pada awal pernikahan, tinggal sekamar di rumah mertua sudah sangat indah, pulang kantor kehujanan naik motor, makan di warung pinggir jalan sepiring berdua begitu indahnya. Namun keindahan itu juga terus berevolusi.

Pasangan bisa jadi tidak lagi puas dengan kamar kecil di rumah orang tua dan ingin memiliki rumah, walau (relatif) kecil . Motor tidak lagi cukup bergengsi sebagai kendaraan sehari-hari dan mulai membutuhkan mobil, dan kemudian membelinya walau mobil bekas. Makan tidak lagi cukup di warung, tetapi harus sudah mulai beralih ke café atau resto bergengsi, untuk menyesuaikan posisi di kantor yang mulai meningkat dengan alasan memperluas network.
Itulah “tanda-tanda” perubahan dan peningkatan kebutuhan jiwa dan raga manusia yang kemudian salah kaprah menjadi life style pasangan muda terutama yang hidup di kota-kota besar dan berpendidikan tinggi lulusan luar negeri.

Sama seperti di perusahaan, pasangan mungkin perlu me “refresh” kembali perasaan, tujuan hidup dan mengevaluasi dan menyamakan kembali persepsi terhadap esensi ikatan perkawinannya. Seiring perjalanan waktu, “greget” perasaan terhadap pasangan hidup mungkin sudah berubah. Bukan karena tidak ada perasaan cinta/kasih sayang, tetapi “sebuah kebiasaan merasa sudah memiliki, seatap dan seranjang” selama bertahun–tahun membuat pasangan suami istri “meremehkan” perasaan satu sama lainnya.

Kita tidak tahu lagi kemana perasaan pasangan hidup kita mengembara, karena memang perasaan dan pikiran bisa mengembara tanpa batas dan tanpa bisa dikekang oleh siapapun kecuali atas kesadaran dan kendali diri yang bersangkutan.Ketidaksamaan visi dalam pengelolaan keuangan rumah tangga, pola pengasuhan anak maupun hubungan kekeluargaan dengan keluarga besar pasangan kerap kali memicu pertengkaran kecil yang bila tidak dikelola dan dikendalikan secara bijak akan menjadi gunung es yang mampu mengkaramkan bahtera rumah tangga setiap saat kita lengah.

Kalau ketidakpuasan dalam pekerjaan mudah diselesaikan dengan cara mencari tempat kerja baru, maka apakah akan kita perlakukan bahtera rumah tangga seperti kita meninggalkan perusahaan tempat kita bekerja, “berselingkuh” untuk kemudian melabuhkan bahtera di sandaran dermaga baru?Jawabnya tentu TIDAK.

Menyelesaikan masalah dalam sebuah ikatan pernikahan tentu tidak semudah seperti kita pindah kerja. Stake holder dalam sebuah pernikahan bukan hanya pasangan tetapi juga ada anak–anak yang terlahir. Itu kalau kita mengenyampingkan keluarga besar dari ke dua belah pihak.

Anak merupakan tanggung jawab orangtua bukan hanya secara materi tetapi juga dalah hal pendidikan jasmani dan rohani. Adalah tanggung jawab orangtua juga untuk “mendidik” mereka dalam memecahkan berbagai masalah sepanjang hidup karena anak sebetulnya merupakan “imitator” sempurna dari perilaku orangtua.

Orangtua yang “menggampangkan” segala sesuatu secara tidak sadar telah mengajarkan perilaku tersebut kepada anak–anaknya. Tetapi mempersulit hal yang mudah atau menunda–nunda penyelesaian masalah juga bukanlah contoh yang baik bagi anak.

Week end yang baru lalu, saya membaca artikel di suatu majalah bahwa anak–anak yang lahir dari keluarga kecil dan telah terbiasa hidup dalam kecukupan dan segala kemauannya terpenuhi dengan mudah, cenderung memutuskan segala sesuatu tanpa pertimbangan yang dalam. Karena mereka terbiasa hidup senang, sehingga kadar tenggang rasa terhadap oranglain cenderung tipis Ini tentu berbeda dengan anak yang terlahir dari keluarga besar yang selalu berbagi dengan kakak atau adik. Mereka telah terlatih sejak dini untuk berbagi dan bertenggang rasa. Tapi hal ini hanya merupakan salah satu faktor saja. Komunikasi yang terus menerus harus tetap dijaga.

Bagi saya, hal yang terpenting untuk diingat setiap pasangan adalah … melihat kelebihan pasangan kita dan melupakan kekurangannya, karena kita sendiri juga penuh dengan kekurangan yang harus “ditelan dan diterima” oleh pasangan.

Jumat, 04 Desember 2009

Ada apa dengan Indonesia?

Ada apa dengan Indonesia? Mungkin itu pertanyaan yang belakangan ini muncul di kepala masyarakat Indonesia terutama mereka yang hidup di perkotaan dan memiliki akses pada informasi ekonomi dan politik. Nyaris separuh tahun sudah kita disuguhi berita-berita di media massa baik cetak maupun elektronik dengan gonjang-ganjing di ranah hukum dan peradilan. Awalnya ada peradilan kasus pembunuhan Nazarudin Zulkarnain, salah satu direktur di grup Rajawali yang menyeret dan konon didalangi oleh Antasari Azhar (AA - sekarang mantan), sang ketua KPK.

Kasus ini konon ditengarai karena cinta segitiga antara AA–korban dan istri ketiganya. Namun lain lagi rumor yang berkembang di masyarakat setelah berjalannya pemeriksaan terhadap saksi–saksi dan pelaku langsung pembunuhan berdarah tersebut. Konon katanya, kasus ini penuh dengan rekayasa dengan maksud menggembosi KPK. Alasan penggembosan KPK memang cukup valid.

Kiprah KPK dalam membongkar berbagai kasus korupsi yang dilakukan oleh para eksekutif pemerintahan, anggota DPR/DPRD dan bahkan terakhir menyentuh juga lembaga judicatif dengan terbongkarnya kongkalikong antara jaksa Urip Tri Gunawan dengan Ayin, membuat GERAH banyak pihak yang merasa terancam "keselamatan" pundi-pundi emasnya. Apalagi kalau beberapa kasus yang sedang diselidiki KPK banyak menyangkut petinggi Negara. Ini ibarat anak macan ingin memangsa induknya. KEBLINGER …., katanya. Dari kasus cinta segitiga yang hanya melibatkan AA sang ketua, jeratan pada aktifis KPK kemudian melebar kepada anggota lainnya yang tersisa.

Entah apa pula alasan dihembuskan dan diedarkannya sehingga dari 4 anggota KPK, justru Bibit Sama Riyanto–BSR dan Chandra M Hamzah–CMH menjadi korban selanjutnya untuk di”bungkam” kiprahnya.Adalah "testimoni" AA yang menyatakan bahwa dua koleganya di KPK yaitu BSR dan CMH menerima suap dari Anggodo Widjojo menjadi entry untuk menyeret mereka menjadi tersangka dan dijebloskan ke dalam penjara. Polisi rupanya sedang sangat proaktif dan kelebihan energy. Bagi saya, testimoni dari AA begitu absurd, kecuali kalau antara ke 3 orang tersebut memang terlibat perseteruan internal atau AA merasa dijebloskan oleh kedua rekannya tersebut. Tapi kasus AA sama sekali tidak ada hubungan dengan KPK. Dakwaan yang dituduhkan kepada AA, adalah murni kasus perseteruan pribadi karena "perselingkuhan dan pelecehan" AA kepada istri ketiga almarhum korban.

Mungkin Allah SWT memang memiliki rencana tersendiri. Yang Maha Kuasa sudah terlalu “gerah” melihat betapa masyarakat Indonesia telah "dibohongi" oleh para pemegang amanah pemerintahan. Kongkalikong antara trias politica (executive–judicative dan legislative) melalui para makelar kasus apakah itu para pengacara atau benar-benar para makelar dengan para konglomerat atau siapapun yang berkantong tebal dan siap sedia menggelontorkan dana demi sebuah nama bersih dan tidak tercemar.Mereka adalah para tertuduh kasus (umumnya) korupsi dan mark-up biaya proyek baik yang berasal dari kalangan pemerintahan dan legislatif atau para konglomerat pengemplang duit negara. Dan.... para tertuduh itu, suka atau tidak suka, diperas atau ikhlas menyediakan dana agar kasus yang menimpanya bisa dipeti-eskan atau kalaupun tetap disidangkan, maka hukuman yang ditimpakan hanyalah proforma saja.

Keberadaan KPK dengan perangkat pengadilan TIPIKOR, memang memangkas kewenangan kejaksaan dan pengadilan. Lebih jauh lagi, ini adalah (sebetulnya) bentuk ketidakpercayaan pemerintah kepada lembaga tersebut. Hanya..... mungkin, lama-lama, aparat pemerintah juga merasa "NGERI" dengan kiprah KPK yang mulai tanpa pandang bulu melibas semua kasus korupsi. Keberanian KPK melibas besan presiden, walaupun di ranah publik presiden menampakkan wajah ikhlas, namun saya yakin dalam kehidupan pribadi, hal ini menimbulkan "sedikit" gejolak yang harus diredam demi sebuah pencitraan. Bukankah beliau dikenal sebagai presiden yang sangat menjaga pencitraan diri dan gemar tebar pesona? Jadi, setelah menyadari "bahaya"nya kuatnya dukungan masyarakat atas keberadaan KPK, maka niat "setengah-setengah" pemberantasan korupsi ini harus ditata kembali sesuai dengan koridor "politik pencitraan" saja. Tidak boleh terlalu serius.... Cukup asal rakyat senang bahwa ada pemberantasan korupsi "dipermukaan. Ini memang cuma dugaan iseng seorang ibu rumah tangga.

Allah SWT bisa jadi sudah terlalu muak dengan kelakuan para pemimpin dan elit negara ini. Maka melalui testimoni AA yang kemudian menggiring BSR dan CMH sebagai tersangka kasus pemerasan kepada tersangka Anggoro Widjojo dan uji materi atas pemberhentian mereka sebagai Wakil Ketua KPK yang diajukan kepada Mahkamah Konstitusi menjadi ENTRY POINT akan terkuak dan terbukanya apa yang sejak lama ditengarai oleh seluruh masyarakat Indonesia bahwa HUKUM di INDONESIA BISA DIATUR melalui para MAKELAR KASUS dengan MENYEDIAKAN DANA sesuai dengan SKENARIO yang DIINGINKAN oleh sang TERDAKWA.

Melalui bukti yang diajukan oleh pihak BSR+CMH, rekaman pembicaraan dan transaksi keuangan begitu gamblang terdengar antara makelar kasus dan aparat penegak hukum. Tidak tanggung-tanggung.... makelar kasus ini masuk ke jantung institusi penyidik (POLISI) dan KEJAKSAAN. Bukan tidak mungkin, saat pengadilan kasus digelar, makelar kasus akan masuk pula ke dalam institusi KEHAKIMAN.

Para makelar kasus memang nekat! Bayangkan saja, dengan sangat berani, mereka membawa-bawa nama presiden. Tidak tanggung-tanggung, memang....!!!Setelah silang sengketa bagaikan benang kusut dan lingkaran setan yang mbulet nggak keruan dan pembentukan TPF yang lebih dikenal sebagai Tim 8 karena beranggotakan 8 orang, oleh presiden. Hasilnya .....? TETAP TIDAK JELAS dan TETAP MENCURIGAKAN.

Bayangkan.... saat ada yang menyebarkan berita bahwa presiden telah menikah sebelum pernikahannya yang sekarang dibicarakan orang, beliau MENYEGERAKAN diri melaporkan "sang penyebar fitnah" ke Polda METRO Jaya. Saat kampanya yang lalu, beliau MENYEGERAKAN diri membuat PRESS RELEASE seraya memamerkan foto diri yang "ditengarai" sebagai sasaran tembak kelompok teroris. Entah apa maksudnya.... mungkin mencari simpati seperti pemilu yang dimenanginya pertama kali di tahun 2004. Yaitu bahwa beliau adalah PIHAK yang DIDZALIMI.Tapi anehnya..... saat namanya diCATUT oleh ONG JULIANA sebagai backing dan pemberi restu atas segala transaksi kasus Anggoro Widjojo .... beliau seolah tidak mendengar dan merasa cukup dengan mengatakan berulang-ulang bahwa hal tersebut tidak benar. Padahal .... jelas penyebutan nama presiden oleh ONG JULIANA menyebabkan masyarakat berpikir bahwa presiden ada dibalik dan terkait dengan kasus ANGGORO dan sudah sangat pantas bahwa presiden mengadukan ONG JULIANA sebagai penyebar fitnah. Namun kali ini, presiden kita rupanya sedang berbaik hati.

Hasil Rapat Dengar Pendapat Umum - RDPU antara Komisi III DPR dengan Polri maupun Kejaksaan Agung yang tergelar, bagaikan panggung sandiwara Srimulat, tempat segala macam sumpah dan airmata "sang buaya" diteteskan dan tidak menghasilkan apa-apa. Bukan karena kasus hukum baik kasus AA, BSR-CMH atau bank Century "tidak ada apa-apa", tetapi lebih dikarenakan adanya distorsi antara kemauan publik dan kemauan penguasa negeri, dalam hal ini kemauan para elit politik.

Rakyat melihat bahwa kasus AA, BSR-CMH dan Bank Century hanya merupakan ENTRY POINT untuk membuka dan memberantas habis CARUT - MARUT wajah HUKUM dan PERADILAN di Indonesia. Rekaman pembicaraan antara Anggodo Widjojo -  Ong Juliana - Susno Duaji dll yang diperdengarkan dalam sidang Mahkamah Konstitusi memperkuat dugaan PERMAINAN HUKUM di Indonesia yang sebelumnya telah terbongkar melalui kasus Urip Tri Gunawan dan Ayin.

Rumor MAFIA PERADILAN sesungguhnya bukan hal baru. Ini barang basi yang sudah menjadi rahasia umum karena memang sukar dibuktikan. Bahkan saat rekaman "permainan" para aparat penegak hukum telah terkuak dengan terang benderangpun, mereka masih mengelak dan berusaha untuk melokalisir hal tersebut kepada "materi pokok"nya, yaitu kasus dugaan pemerasan/suap yang melibatkan BSR dan CMH. Tentu saja, karenanya sang makelar kasus akan tetap tidak tersentuh.

Yang lebih menyedihkan, saya tidak lagi melihat rekan-rekan yang konon katanya BERSIH dan PEDULI berdiri dengan tegak menunjukkan kePEDULIannya untuk memBERSIHkan negara ini dari perilaku korup para elit negara ini.

Jadi.... ada apa dengan Indonesia saat ini?


Minggu, 08 November 2009

Benarkah ada hantu di Tol Cipularang?

aku memang penakut, makanya kalau lagi setir mobil sendiri di malam hari, aku selalu menghindari rute yang melewati pemakaman umum. Kalau perjalanan malam itu dilakukan bersama dengan anak dan suami dan melewati pemakaman, maka aku selalu berusaha memejamkan mata. Aku memang penakut... udah dari sononye....!!! Walaupun sampai saat ini belum pernah melihat hantu dan mudah-mudahan jangan sampai terjadi....

Hampir 3 bulan yang lalu, temanku yang tinggal di California, kirim/forward email yang isinya cerita-cerita tentang hantu gentayangan di jalan tol Cipularang. Kontan kubalas email itu dan menyanggahnya. Maklum, selain karena belum pernah mendengar cerita tersebut, perjalanan di sepanjang jalan tol Cipularang sering kulakoni baik malam apalagi siang hari. Bahkan perjalanan dari Bandung ke Jakarta pernah dijalani pada dini hari, lewat tengah malam dan alhamdulillah hingga saat ini berjalan lancar dan selamat.

Week end yang lalu, saat anakku meminta untuk berangkat hari jum'at malam dengan pesan khusus, setir mobilnya perlahan saja, kami mengiyakannya. Maka berangkatlah kami ke Bandung jam 20.15 langsung dari entry gate Fatmawati dengan harapan bisa tiba di rumah adikku paling lambat jam 22.30.

Dalam perjalanan, kantuk menyerang sehingga lewat Bekasi, aku sudah setengah sadar. Biasanya, kalau kami berjalan malam, saya harus terjaga karena suami yang buta warna terkadang tidak bisa membedakan rambu lalu lintas di tengah cahaya lampu dan neon sign berwarna-warni yang berpendaran. Tapi kantuk yang tak tertahankan membuatku tertidur hingga beberapa lama dan terjaga tiba-tiba saat suami menyadari mobil yang dipacu di jalur kanan tidak berbelok ke arah Bandung, melainkan melaju ke arah Cikampek.

" Sudahlah, nanti kita masuk lagi di Purwakarta". kataku menghiburnya walaupun itu berarti jarak dan waktu perjalanan menjadi bertambah. Maka, mataku menjadi nanar mencari rambu-rambu lalu lintas. Rupanya sejak beroperasinya jalan tol Cipularang, rambu lalu lintas petunjuk arah ke Bandung menjadi tidak terawat lagi dan malah hilang. Atau mungkin juga tidak terlihat apalagi di malam hari. Sama dengan redupnya warung-warung serta restoran di sepanjang jalan nasional/propinsi tersebut.

Di pertigaan menuju Subang, ada juga entry gate, tetapi rupanya hanya untuk menuju arah Cirebon dan Jakarta sehingga kami terus melaju masuk kota Purwakarta.
" Kita masuk di Jatiluhur saja", kataku
Dalam keremangan malam dan di antara truk dan camion (aduh... kok tiba2 lupa istilahnya... oh iya, maksudnya mobil peti kemas), mobil kami masuk kembali ke jalan tol Cipularang. Jalur tersebut terasa agak sepi dan tidak rata. sempat kukomentari....:
"Jalannya jelek banget ya...?"
" Ya... sepertinya ada yang longsor lagi", suamiku menimpali.
Mobil melaju perlahan karena sebagian ditutup untuk perbaikan jalur.

Lepas dari jalur yang diperbaiki, dari kejauhan aku melihat ada mobil truk atau mobil peti kemas berwarna merah bordeaux kusam, besar sekali. Entah berhenti atau berjalan lambat, yang pasti tidak terlihat lampu belakang dan nomornya. Kalau tidak salah, lamat-lamat kulihat 2 lampu sangat kecil yang suram di bagian bawah mobil. Kuingatkan suami untuk pindah ke jalur kanan untuk mendahului truk.

Usai mendahului truk, suami bertanya....
" Tadi lihat, nggak...?"
" Lihat apa...?"
" Ada lelaki...!"
" Dimana? Dekat truk...?, tanyaku tanpa curiga
" Nggak ... aku nggak lihat apa2 kecuali truk itu, memang apa... dan dimana?" tanyaku
" Agak jauh sebelum truk tadi.... ada lelaki pakai celana pendek, kaos putih tapi... nggak ada kepalanya..." sahutnya tenang.
"Hah....? Alhamdulillah, aku nggak lihat..."

Betul.... alhamdulillah, bukan aku yang penakut ini yang melihat pemandangan itu. Bayangkan kalau kulihat mahluk tersebut, lalu aku berteriak histeris, pasti akan menggangu konsentrasi suami menyetir mobil sehingga bukan tidak mungkin akan menabrak truk tersebut atau kecelakaan lainnya. Tidak terpikir lagi apakah truk itu nyata adanya atau itu adalah truk siluman seperti cerita orang.

Sambil lalu kuceritakan pada suami, agak berbeda dengan perjalanan ke Bandung yang biasa kami lakukan, sore itu sambil memasukkan koper dan barang bawaan lainnya ke dalam bagasi mobil, sempat terlintas di kepalaku tentang cerita hantu tersebut dan terbersit ... "jangan-jangan ketemu hantu". Tapi seperti biasa, aku selalu menepis firasat-firasat buruk karena tidak mau meracuni isi kepalaku dan malangnya seperti  kejadian-kejadian yang lalu, firasat itu benar-benar terjadi.

Percaya atau tidak... terserah. Tapi pengalaman itu melengkapi cerita orang mengenai hantu di jalan tol Cipularang.

Minggu, 01 November 2009

NASI HIJAU BAKAR


Description:
Resep nasinya ditemukan di sebuah tabloid. Setelah dicoba ternyata enak sekali dan sekarang jadi makanan favorit seluruh keluarga

Ingredients:
Bahan Nasi Hijau:
2 sdm Margarin
300 gr beras cucu bersih dan tiriskan
2 ikat bayam petik daunnya
250 ml air
6 lembar daun salam
2 batang serai
1 sdt kaldu instan
1 sdt garam
2 ikat daun kemangi ambil daunnya
Daun pisang untuk pembungkus

Bahan Isi:
150 gr udang kupas (bisa diganti dengan fillet ayam)
100 gr jamur
150 ml air
15 buah cabe rawit utuh
3 lbr daun jeruk purut
2 btg serai dimemarkan
2 sdm margarin

Bumbu halus:
1 sdt ketumbar
5 bh bawang merah
3 siung bawang putih
1 cm kunyit
1 sdt garam


Directions:
1, cuci bersih bayam, proses dalam blender dg menambahkan air hingga halus, saring lalu ambil airnya

2. Bahan nasi:
- panaskan margarin tumis beras,
- masukan salam dan serai,
- masukan air bayam masak sampai air terserap habis.
- Masukkan kemangi dan aduk hingga rata.
- sisihkan

3. Bahan Isi:
- panaskan margarin, tumis bumbu halus, daun jeruk dan serai hingga harum
- masukkan udang atau ayam, masak hingga berubah warna
- masukkan jamur, rawit utuh dan air.
- Masak hingga air mengering

4. Penyelesaian
- ambil daun pisang, taruh 4 sendok makan adonan nasi, ratakan
- taruh adonan isi ditengan
- bungkus seperti lontong sematkan lidi/atau lipa kedua ujung daun
- kukus dalam dandang panas selama 30 menit atau sampai nasi matang
- bakar di atas bara api hingga daun kecoklatan

Senin, 21 September 2009

Ramadhan - Syawal .... What's next?

Hari ke 2 Syawal 1430H ditandai dengan berita duka dari Balaikota DKI Jakarta. Ribuan orang yang mungkin dari golongan masyarakat berpenghasilan rendah, tua dan muda telah antri untuk bertemu dan bersilaturahim dengan pemimpinnya. Apalagi ada iming-iming mendapat bingkisan dan uang Rp.40.000,-

Perayaan hari Raya Idul Fitri yang diawali dengan ibadah shaum alias puasa seringkali disebut hari kemenangan. Entah kemenangan dari atau atas apa, jarang orang bertanya. Kalau kemenangan itu patut dirayakan karena selama satu bulan lamanya kita HANYA telah berhasil menahan LAPAR dan HAUS, mungkin ya... karena itulah yang selalu ditakutkan oleh Rasul SAW. Umat Islam hanya meraih lapar dan haus selama satu bulan, tetapi tidak mendapat makna apa-apa dari ibadah shaum.

Hari ke 2 Syawal 1430 H, diawali dengan berita, begitu banyak perempuan yang tergencet dan pingsan berebut kesempatan mendapat bingkisan dan uang dari gubernur DKI dan wakilnya di Balaikota DKI Jakarta yang megah.... sementara selama satu bulan kita dianjurkan untuk memperbanyak sedekah. Mengeluarkan Infaq dan menunaikan zakat maal maupun zakat fitrah. Konon kekuatan zakat tersebut sangat luar biasa.... Konon pula katanya, zakat yang terhimpun selama 1 bulan itu bisa mencapai lebih dari 1 trilyun....

Entah kemana zakat dibagikan... tentu kita harus mempercayai amil zakat yang telah menerima amanah dari para muzakki. Rasanya para amil zakat tidak akan pernah berani menyelewengkan amanah menyalurkan zakat, infaq dan sodaqoh. Mereka tentu dari golongan yang sangat amanah karena berat konsekuensinya menjadi anggota amil zakat.... 

Kalau begitu, apa yang salah dari pengelolaan zakat? Kenapa bertahun-tahun zakat ditunaikan... mungkin telah puluhan trilyun dikucurkan tetapi jumlah kaum dhuafa di Indonesia tidak berkurang. Tentu ada yang salah di negeri  yang mayoritas penduduknya beragama Islam ini.

Yang pertama mungkin karena zakat lebih banyak ditunaikan selama bulan Ramadhan dimana pada bulan ini pula terjadi peningkatan kebutuhan. Ironi memang.... bulan dimana kita menahan lapar dan haus di siang hari, ternyata tidak selaras dengan pengeluaran rutin rumah tangga. Konon ada tambahan makanan "yang wajib ada" selama ramadhan, yaitu kolak, kurma dan sirup untuk berbuka. Menjelang akhir Ramadhan pengeluaran bertambah banyak dengan belanja persiapan Hari Raya berupa makanan (ketupat+kelengkapannya, kue-kue) baik untuk disantap di rumah maupun kue-kue untuk bingkisan kerabat dan relasi ditambah dengan baju dan mukena baru. Belum lagi dana yang harus dipersiapkan untuk pengeluaran transportasi mudik dan "angpao" untuk anak-keponakan, orangtua dan mertua. Yang lebih mampu bahkan mendandani penampilan rumahnya dengan mengecat, mengganti gordijn, furniture dan lain-lainnya.

Itulah ritual Ramadhan dan Idul Fitri yang sudah melekat menjadi tradisi yang tidak bisa ditinggalkan oleh masyarakat Indonesia baik dari golongan masyarakat berpenghasilan rendah hingga golongan berpunya. Maka tidak heran, bila menjelang Idul Fitri alias lebaran, banyak orang menjadi sakit jiwa dan stress. Malu karena, jangankan untuk pulang kampung. Baju baru untuk anakpun belum terbeli.... Bahkan, seorang teman yang berpunyapun "heboh" karena belum sempat membeli mukena baru, karena memakai mukena baru saat shalat Ied merupakan TRADISI keluarga, padahal patut diyakini andaipun dia tidak menggunakan mukena barupun, tidak akan ada satu orangpun yang tahu.

Bisa jadi, pola pemanfaatan zakat untuk hal-hal yang bersifat konsumtif membuat besaran dana yang terkumpul dan tersalurkan menjadi bagai setetes air ditengah kegersangan udara. Mirip dengan suasana gersang yang melingkupi langit Jakarta selama dua hari ini. Memang tidak mudah mengubah paradigma perayaan Idul Fitri yang konsumtif ini.

Yang Kedua, bisa jadi memang jumlah orang miskin di Indonesia termasuk di Jakarta bertambah banyak. Bukan sekedar miskin fisik ... yaitu secara kasat mata memang terlihat miskin yang ditandai dengan buruknya fasilitas tempat tinggal, penghasilan rendah dan tidak tetap dan lain-lain. Tetapi yang lebih parah adalah "miskin hati nurani". Walaupun secara fisik sudah melewati fase miskin fisik, tetapi hati nuraninya tetap miskin sehingga dia akan selalu membanding-bandingkan keadaanya dengan para tetangga atau keluarga lainnya. Akibatnya dia akan selalu merasa kekurangan. Sehingga, bila ada orang lain memperoleh "sedikit keberuntungan" maka golongan yang miskin hati nuranipun "merasa punya hak yang sama" untuk mendapat bingkisan tersebut.

Jadi... apa hikmah yang kita peroleh selama bulan Ramadhan selain lapar dan haus? Sudah mampukan kita menahan diri dari nafsu "mendandani diri sendiri" dengan segala kemewahan sementara di luar sana masih banyak masyarakat yang berebut "kemurahan hati para muzakki", bahkan dengan mengorbankan kehormatan dan keselamatan jiwanya.

Sudah mampukah kita menahan diri  dari nafsu "memakan segala yang ada di depan mata", dari ketupat+sayur godog yang sederhana hingga kue-kue lezat ala hidangan hotel berbintang lima seolah tiada hari esok.

Atau... memang taraf kita untuk memaknai ibadah Shaum dan meraih kemenangan memang masih dalam taraf pesta pora. Wallahu'alam

Selamat Idul Fitri 1430 H
Minal Aidin wal faidzin
Taqobballahu minna wa minkum

Kamis, 17 September 2009

Makna Lebaran....

Apa yang kita maknai dari Lebaran atau Hari Raya Idul Fitri yang dirayakan setiap 1 Syawal? Kita berpantun-pantun melalui sms ... saling mengingatkan akan "kemenangan" ... tapi kemenangan apa yang sebetulnya sedang kita rayakan?

Selama 1 bulan, umat Islam menjalankan ibadah puasa. Mensucikan hati, pikiran dan badan. Selain itu kita juga mensucikan harta benda melalui zakat infaq dan sedekah. Ya... itu ritual yang terlihat dimata manusia baik melalui lembaran-lembaran kuitansi bukti penerimaan ZIS, melalui ramainya umat yang menjalankan ibadah tarawih/itikaf di masjid-masjid maupun pemberitaan media dan lain-lain.  Namun di lain pihak.... kita juga sibuk menata penampilan fisik dengan mendandani rumah dengan perangkat baru yang mutakhir, termasuk juga menyiapkan baju-baju baru untuk dipakai selama berhari-raya. Seolah-olah lebaran tanpa baju baru menjadi berkurang maknanya.

Baju baru di saat lebaran mungkin menjadi penting bagi kalangan yang kurang mampu ... Paling tidak, pada kesempatan lebaran itulah orang tua merasa berkewajiban membelikan baju baru bagi anak-anak dan seisi keluarganya. 1Itulah kesempatan 1 kali setahun dimana di atas meja makan terhidang ketupat lengkap dengan sayur godog dan opor ayam setelah selama 364 hari lainnya menu makan sehari-hari hanya sayur bening ditambah kecap.

Namun ternyata.... baju baru dan hidangan super lengkap menjadi lebih heboh menjalari rumah-rumah mewah yang sebetulnya setiap haripun tidak kekurangan. Atau ini merupakan pelampiasan setelah 1 bulan lamanya tidak bisa makan dengan leluasa di sepanjang hari.

Yang pasti... kondisi ini memicu peningkatan peredaran uang....  Memicu kebutuhan dana untuk membeli kebutuhan ekstra tersebut. Mereka yang masih bekerja dan memperoleh THR dari kantornya akan lebih beruntung dari golongan lainnya seperti misalnya para pensiunan PNS yang sudah sepuh di Kabupaten Bandung yang "tertipu atau ditipu" oleh beredarnya berita bahwa mereka akan memperoleh THR dari Pemerintah Daerah. Teganya  si penyebar berita tersebut.... Lupa bahwa penyebaran berita yang tidak bertanggung jawab yang mengakibatkan kekecewaan mendalam dan keletihan menunggu bagi para pensiunan PNS, juga merupakan salah satu bentuk pendzaliman.... Semoga Allah SWT mengampuni si pembuat berita.

Yang pasti..... kebutuhan akan dana lebih untuk merayakan Idul Fitri ini juga yang memicu peningkatan perbuatan kriminal, perampokan, pencurian, penipuan, gendam, hipnotis dan lainnya ... dan bahkan.... peredaran dan perpindahan diam-diam dan "di bawah meja" amplop-amplop berisi cek atau uang tunai rupiah maupun dolar sebagai "pengikat" saat "bantuan kemudahan" kelak dibutuhkan dari pejabat penerima amplop tersebut.

Di balik itu semua, tentu masih banyak anggota masyarakat yang memaknai hari raya dengan sederhana, sesuai dengan tuntunan ajaran agama yang diyakininya, namun mereka sepi dari pemberitaan dan mereka memang tidak butuh diberitakan.

Jadi............. Apa makna lebaran buat anda sendiri...?
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1430 H
Taqoballallahu minna wa minkum
Maaf lahir dan batin

Rabu, 22 Juli 2009

Andai INDONESIA di EMBARGO

Tanggal 17 Juli 2009, hari Jum'at yang dianggap suci oleh umat Islam, penduduk Jakarta dan bahkan hingga berbagai penjuru dunia dikejutkan oleh ledakan bom.

Jum'at pagi, saat biasanya umat Islam mempersiapkan diri untuk membersihkan hati dan pikiran karena sebentar siang akan menunaikan shalat berjamaah dan ketika para eksekutif tertinggi berbagai perusahaan multinasional khususnya bidang pertambangan, berkumpul memperbincangkan, mungkin, situasi politik dan proyeksi bisnis dan ekonomi mereka di Indonesia pasca pilpres yang walau penuh dengan "kecurangan" konon berlangsung dengan aman dan tenteram.

Mengapa harus petinggi perusahaan bidang pertambangan..? Konon, karena umumnya pucuk pimpinan perusahaan bidang pertambangan umumnya masih dijabat oleh orang asing. IAdi bayangkan, kalau mereka menjadi target pengeboman, maka gaungnya akan keras terdengar di seluruh pelosok dunia. Tujuan pengeboman untuk menarik perhatian dunia kepada tuntutan dan atau tujuan dari pengeboman itu berhasil dengan baik.

Bidang Pertambangan, walaupun beresiko tinggi dan padat modal, tetapi juga disukai karena memberikan keuntungan yang luar biasa besarnya bagi pemainnya yang pada umumnya perusahaan-perusahaan multinasional. Sebut saja misalnya Freeport, yang
menjadi kaya raya dan kemudian menggurita setelah berkecimpung di bidang pertambangan. Resiko-resiko yang dihadapi para pemain bidang pertambangan bukan saja dari segi bisnisnya, yang tentunya sudah "sangat terukur" tetapi juga sangat rentan menghadapi resiko di nasionalisasi oleh negara tempat perusahaan tersebut melakukan eksploitasi. Kalau terjadi hal demikian, maka sudah terbayanglah berapa besar kerugian yang harus ditanggung. Jadi... memang tidak mengejutkan bilamana perusahaan-perusahaan multinasional akan mencermati kondisi politik dan keamanan dalam negeri. Kita jangan lupa bahwa country risk index negara kita dimana pebisnis asing sangat tinggi.

Ledakan bom di pagi hari yang suci itu, bukan hanya satu tetapi dua kali ledakan di dua tempat berbeda tetapi seolah ditujukan pada target yang sama. Simbol "dominasi kekuasaan bisnis (Yahudi) Amerika". Dua buah hotel yang letaknya hanya sepelemparan batu, yang dimiliki oleh pengusaha Indonesia etnis Cina dan memiliki merek dagang Amerika. Bukan hanya sekedar merek dagang Amerika, tetapi lebih jauh lagi... merek dagang Amerika yang menunjukkan KELAS yang sangat EXCLUSSIVE. JW Marriot dan Ritz Carlton.

Ada banyak paduan "pembenaran" tindakan pengeboman yang  membuat para ekstrimis, pejuang melawan kemiskinan dan lingkungan melampiaskan "kemarahannya" dan menjadikan kedua merek dagang tersebut sebagai target. Ini bukan masalah lagi sekedar masalah keamanan semata... sudah terlalu kompleks untuk dimengerti dan dicerna oleh masyarakat awam.

Namun yang tidak bisa dimengerti adalah, mengapa "Barat" langsung menerbitkan "travel warning" ke Indonesia? Sepertinya Indonesia hanya seluas Jakarta. Padahal... Indonesia jauh lebih luas dari hampir seluruh negara Eropa dan Amerika Selatan. Jadi, jangankan berdampak kepada keamanan propinsi lain, bahkan untuk propinsi yang berbatasan langsung dengan DKI Jakarta saja, tidak akan terpengaruh.

Entah apa yang ada dibalik travel warning kepada Indonesia tersebut. Tekanan Ekonomikah atau tekanan politik? Bukankan presiden terpilih Indonesia  adalah presiden "yang direstui" oleh negara-negara kapitalis? Bukankah jajaran menterinya juga memilik paham kapitalis yang dalam berbagai kebijakan ekonomi/politik maupun keamanan, terbukti lebih memperhatikan dampaknya pada sektor keuangan non riel (pasar modal, perbankan dll), ketimbang sektor riel? 

Atau bisa jadi karena Indonesia dianggap sebagai "negara kecil" yaitu negara yang dalam percaturan politik dunia "tidak dianggap" sehingga "tidak dibutuhkan" untuk didengarkan suaranya. Indonesia hanya dibutuhkan sebagai sumber untuk "menggelembungkan pundi-pundi" negara Barat, melalui cengkeraman perusahaan multinasional.

Mind set para cerdik cendekia Indonesia yang pro rakyat dan mandiri a la Soekarno dengan slogan Vivere Peri Coloso sudah di cuci bersih dan diganti oleh paradigma pertumbuhan-pertumbuhan semu berdasarkan statistik ala Amerika berupa PDB, tingkat pertumbuhan dan lain-lain yang dirancang oleh para Economic Hit Man pada era Suharto dan tentu saja.... pengaruhnya masih terasa hingga kini.

Mengapa?
Berbeda dengan Suharto yang membabat habis pengaruh Sukarno dengan cara menghabisi para Sukarnois secara langsung maupun tak langsung, maka pasca Suharto, justru para pengikut Suharto masih bercokol dan malah makin mencengkeram. Tidak itu saja... generasi penerus yang lahir pada dekade pasca 66 pun belum bisa melepaskan diri dari perilaku dan jeratan EHM. Maka... sudah bisa diduga, Indonesia masih akan "terjajah", minimal segala kebijakan dalam negeri masih akan "didikte" oleh kemauan dan kepentingan investor asing

Andai saja dampak terburuk dari pengeboman di JW Marriots dan Ritz Carlton membuat Indonesia terkucilkan dr pergaulan internasional, mungkin inilah momentum yang sangat baik agar INDONESIA kembali menjadi BERDIKARI.

Selama ini potensi sumber daya alam & manusia/intelektual kita tidak dimanfaatkan dengan baik. Kita lebih suka menjual raw material daripada berpayah-payah membangun industri agar sumber alam/mineral Indonesia memiliki value added yg tinggi ....

Sebagian besar rakyat Indonesia sudah terbiasa hidup prihatin jadi negara dikenakan embargo atau tidak, kehidupan mereka relatif stabil ... tidak akan menjadi bertambah miskin secara drastis karena mereka memang sudah tidak memiliki apa-apa sejak awal. Yang menjadi problem justru kelas menengah dan atas yang jumlahnya "tidak seberapa" besar tetapi sangat lantang "berkoar-koar" dan tentu saja mereka tidak bisa menerima saat "kehilangan kenyamanan".

Yang sangat kaya raya, bukan tidak mungkin akan mencari suaka politik... mengungsi keluar negeri dan hal ini pasti akan sangat mudah dilakukan karena saat inipun mereka sudah memiliki property (apartemen atau rumah) di luar negeri, minimal di Singapura. Tapi... andaikan hal itu terjadi, TERJADIlah.... Mungkin itu akan menjadi seperti Iran ditinggalkan para cerdik cendekia dan para konglomeratnya saat Shah dilengserkan oleh para mullah.

Atau seperti boat people, saat Vietcong memenangkan perang gerilyanya melawan USA atau bahkan seperti para pengusaha kaya raya dari Phillipines pasca jatuhnya Marcos. Bisa jadi, ketiadaan mereka malah akan membangkitkan kembali gairah masyarakat untuk bangkit, karena jurang perbedaan antara si kaya dan si miskin telah lengap. Hanya ada persamaan nasib yang mungkin bisa melahirkan sinergi untuk bangkit dan rasa guyub dan kebersamaan akan timbul kembali.

Eh... eh... kok jadi terlalu jauh mikirnya...?

Rabu, 15 Juli 2009

Melakukan perjalanan wisata

Merancang sebuah perjalanan wisata atau sering disingkat tour sebetulnya gampang-gampang susah. Gampang kalau kita tidak terlalu rewel dan mau menerima apa saja, maka tinggal pilih salah satu program yang tertera dalam iklan berbagai penawaran tour yang terbit di Koran terkemuka. Namun seringkali “menggampangkan” pilihan tersebut bisa jadi membuahkan kekecewaan saat kita mengikuti tour.

Walau tidak sepenuhnya akurat, untuk mencegah hal tersebut, tidak ada salahnya mencari tahu dan rekomendasi dari teman/kenalan yang pernah mengikuti acara tour. Mengapa demikian…? Sebuah acara tour hanya akan berhasil dan berjalan baik karena adanya kerjasama yang baik antara perusahaan (travel agent), tour leader, supir kendaraan selama tour berlangsung dan yang lebih penting lagi adalah tenggang rasa dari seluruh peserta tour. Bila salah satu tidak terpenuhi, maka rusaklah seluruh acara yang sudah dirancang.

Bagaimana memilih program tour?

Pertama-tama tentu harus menentukan tujuan tour. Kalau tujuannya untuk berlibur dengan anak-anak, terutama anak usia SD, maka pilihan acaranya tidak boleh terlalu berat. Pilihan program mengunjungi Themes Parks, Zoos dan yang sejenis harus diperhitungkan. Kalau tidak, maka si anak tidak akan menikmati acara tour. Kalau tujuannya untuk sekedar mengunjungi suatu Negara dan ikon pariwisatanya, tentu dapat dicari acara tour yang mengunjungi sebanyak-banyaknya Negara dan kota, walaupun kita tidak akan mendapatkan “apa-apa”, kecuali foto kenangan yang menunjukkan bahwa kita pernah mengunjungi Negara/kota tersebut.

Lain lagi kalau tour diikuti oleh para honeymooners atau perjalanan nostalgia. Para penggila belanja, sebaiknya mengikuti tour khusus untuk memuaskan nafsu belanjanya agar mereka bisa memilih barang-barang yang diminatinya dengan tenang dan dalam waktu yang luas. Tujuan-tujuan ini tentu akan mempengaruhi pilihan Negara tujuan tour. Lama perjalanan tour juga mempengaruhi kenyamanan.

Menurut seorang tour leader yang berpengalaman, lama perjalanan ideal tergantung dari Negara yang dikunjungi. Idealnya tidak lebih dari 12 hari. Berdasarkan pengalaman, bila perjalanan dengan pesawat udara berlangsung kurang dari 12 jam, maka lama perjalanan wisata maksimum yang masih bisa di toleransi adalah 8 – 9 hari saja, apalagi kalau hanya mengunjungi 1 atau dua Negara saja karena kebosanan akan menghinggapi kita.

Lama perjalanan tour yang masih bisa ditoleransi adalah 2 minggu. Ini kalau dilakukan dan diatur oleh biro perjalanan dimana peserta tour terdiri dari beragam orang dari berbagai latar belakang. Kalau lebih, maka ada kemungkinan terjadi gesekan-gesekan akibat kebosanan dan berkurangnya toleransi antar peserta. Lama perjalanan juga akan menentukan biaya yang harus disiapkan.


Biaya Perjalanan.

Biaya perjalanan biasanya sudah tercantum dalam program yang ditawarkan oleh travel agent.apa yang ditanggung dan apa yang menjadi tanggungan peserta. 

Di luar biaya program tour yang tercantum, kita perlu menyediakan dana tambahan yang terdiri dari dua bagian. Pertama yang langsung dibayarkan kepada travel agent yaitu biaya Visa, fiscal bagi yang tidak memiliki NPWP, airport tax sepanjang perjalanan, health & travel insurance, fuel surcharge. Itulah kira-kira yang dibayarkan sebelum perjalanan dimulai.

Selain menanggung biaya tersebut, kita juga perlu menyediakan biaya tambahan untuk tips, yaitu untuk supir bus, local guide, porter di hotel dan airport serta tour leader sesuai dengan kelaziman. Sebagai contoh, dalam perjalanan tour ke Europa (dihitung per hari untuk 1 orang peserta)
  • Pengemudi BusEUR 2,-/hari/orang
  • Local Guide EUR 2,-/hari/orang
  • Porter hotel EUR 2;-/hari/orang
  • Porter Airport EUR 2,-/airport
  • Tour Leader EUR 2;- s/d EUR 3,-/hari/orang
Nah tinggal dihitung saja berapa hari perjalanan dengan bus, berapa kali digunakan local guide, berapa kali menggunakan jasa porter. Sedangkan untuk tour leader dihitung sejak hari pertama keberangkatan sampai dengan hari kedatangan di tanah air, lalu dikalikan.

Itu minimum biaya yang harus dikeluarkan untuk urusan perjalanan saja. Tapi belum habis nih…, masih ada tambahan lain. Yang pertama adalah tour tambahan, misalnya saja ikut canal/river cruise. Di Europa rata-rata biayanya Eur 30,-/orang/cruise.

Jadi hitung saja berapa kali kita ikut canal/river cruise. Di Paris, kalau kita ingin lihat Cabaret Lido atau Moulin Rouge yang terkenal, harus menyisihkan Eur 125,-/orang. Ke Disney–Paris (dulu namanya Eurodisney), bila tidak ada dalam program maka kita harus pergi sendiri dan sisihkan sekitar Eur 125 s/d Eur 150,/orang. Tapi ada juga program wisata yang memasukkan Disney–Paris dalam acaranya.

Bisa juga ditambahkan biaya berfoto dengan pakaian daerah setempat. Misalnya seperti pakaian tradisional nelayan Belanda di Volendam atau pakaian tradisional petani Swiss yang keduanya memang sangat indah.

Bagaimana dengan makan?
Selama perjalanan, biaya wisata yang dibayar minimal sudah termasuk makan pagi di hotel dan 1 kali makan siang atau makan malam. Jadi setiap hari kita minimal harus mencadangkan biaya makan minimal Eur 10 s/d Eur 15,-/orang ditambah dengan Eur 5,-/orang untuk beli minuman (2 botol fanta/coke/air mineral ukuran 500ml). Kalau suka cemal–cemil, beli es krim atau pringles (kripik kentang) misalnya … nah tambahkan lagi, minimal Eur 5,-. Jadi untuk makan+minuman setiap hari minimal harus disediakan Eur 25,-/orang. Gila ya… kalo kurs euro sama dengan Rp.15.000,- maka biaya ngisi perut setiap hari adalah Rp.375.000,-/orang/hari.
Jadi … kiat melakukan perjalanan ke luar negeri adalah….. jangan sekali-kali membawa kalkulator dan menghitung kurs mata uang dalam rupiah. 

Berbeda dengan ke wilayah Timur Tengah…., harga makanan dan kurs mata uang di Negara Timur Tengah terhadap USD selalu stabil. Parahnya…. Karena mata uang kita sangat lemah, maka kalau kita berhitung dengan kurs, maka harga yang kita bayar tetap saja terasa berat dan mahal.

Nah… itulah biaya perjalanan minimal. Tinggal dihitung saja berapa biaya minimal yang harus disediakan per orang. Tapi biaya itu tidak termasuk personal expenses untuk telpon, laundry, internet dan lain-lain. Juga belum termasuk cadangan biaya oleh-oleh. Maklum…. Orang Indonesia kalau pergi kemanapun tidah luput dari oleh-oleh alias buah tangan untuk sahabat, teman kantor dan kerabat dekat. Belum lagi godaan untuk beli barang–barang bermerek yang konon katanya “murah”. Padahal ….. hi….. bagaimana bisa dibilang murah kalau untuk beli 1 buah tas saja harus keluar uang jutaan bahkan sampai belasan juta. Akan ada saja peserta tour yang memborong barang-barang bermerek atau perhiasan berlian/jam tangan.

Tentu saja, kalau mau praktis, lunasi dulu pemakaian kartu kredit supaya credit limit nya bisa digunakan secara penuh selama perjalanan atau mungkin menambah credit limit sebelum berangkat. Yang penting jangan kaget kalau kemudian tagihan melambung tinggi atau tiba-tiba CC nya ditolak karena over limit karena permohonan kenaikan credit limit juga hanya akan diberikan maksimal 50% dari nilai credit limit awal.

Selain perhitungan biaya tersebut, peserta perlu memperhatikan iklim dan cuaca saat perjalanan wisata dilakukan. Hal ini sangat terkait dengan persiapan pakaian dan perlengkapan yang akan dibawa dan mencermati program acara. Walaupun perjalanan wisata dilakukan pada musim panas, tapi kalau ada kunjungan ke puncak gunung yang memiliki salju abadi, maka pakaian/jaket/kaus kaki tebal perlu disediakan walau bisa juga kita menyewa.

Juga dianjurkan untuk mengenakan sepatu yang nyaman/bertumit rendah untuk kenyamanan berjalan. Jangan lupa juga menyediakan payung kecil/payung lipat,karena terkadang hujan turun. Cermati juga perbedaan waktu antara Indonesia dengan Negara tujuan wisata, dan siapkan diri sebaik-baiknya terutama selama dalam penerbangan keberangkatan akan kita tetap fit/segar saat tiba di Negara tujuan karena bukan tidak mungkin orientasi perjalanan tour seperti city tour langsung dimulai sambil menunggu waktu check in ke hotel.

Bagi yang terbiasa harus menyantap nasi setiap kali makan, maka perlu menyediakan makanan instant berupa mie, bubur atau nasi goreng instant, abon dan lain-lain. Bahkan secara bergurau pak Wawan, tour leader kami menyatakan… kalau perlu bawa mini rice cooker. Walaupun makanan yang disediakan selama perjalanan sudah diatur agar bervariasi, namun seringkali peserta tidak menyukai menu yang tersedia. Walau sudah diusahakan memesan masakan thai/cina atau bahkan masakan Indonesia di Belanda, misalnya, tetap saja taste nya akan berbeda dengan masakan asli Indonesia yang disantap di tanah air.

Kita juga disarankan untuk membawa obat-obatan pribadi bila mengidap penyakit tertentu karena tidak selalu dapat membeli obat-obatan tanpa resep dokter, dan juga faktor kecocokan serta menyediakan uang secukupnya dalam mata uang Negara yang akan dikunjungi atau minimal mata uang yang berlaku umum dan mudah ditukar di seluruh dunia misalnya Euro, USD dan Pound Sterling


Walaupun penggunaan Handphone jenis GSM pada umumnya dapat dipergunakan hampir di seluruh negara di dunia jangan lupa mengaktifkan fasilitas roaming internasional.Yang tidak kalah penting adalah soal bawa-bawaan.

Sesuai dengan peraturan penerbangan, setiap peserta tour diperbolehkan untuk membawa 1 ( satu ) koper sebagai bagasi dengan berat tidak lebih dari 20 KG serta 1 hand bag dengan berat tidak lebih dari 7kgJika anda ingin membawa barang-barang cairan, aerosol dan gel, ke dalam cabin, anda harus memastikan agar setiap barang besarnya tidak melebihi 100ml. Semua barang ini harus dimasukkan ke dalam satu kantong yang transparan dan harus ada seal atau penutupnya

Perjalanan tour umumnya berpindah-pindah dari satu kota ke kota lain, diharapkan tidak membawa kopor yang besar tetapi harus dalam keadaan baik dan kuat untuk menghindari pecah/rusak selama perjalanan guna menghindari tercecernya barang-barang didalamnya atau kehilangan. Hindari berat bagasi melebihi ketentuan pihak airlines karena biaya kelebihan bagasi akan dibebankan langsung kepada penumpang tersebut. Bila membawa benda-benda seperti pisau lipat atau benda tajam lainnya yang sejenis, gunting kuku, peralatan manicure, gunting, cutter dan benda-benda kecil lain yang tajam dan runcing, tidak diperbolehkan disimpan di dalam HAND CARRY yang dibawa masuk ke kabin pesawat.  Apabila Anda perlu membawa barang-barang tersebut, simpan di dalam bagasi.

Kaum perempuan hendaknya tidak membawa perhiasan yang berlebihan. Lha wong kita mau melakukan perjalanan wisata…. Bukan pergi ke pesta. Ada lho peserta tour yang suka memakai perhiasan berganti-ganti setiap hari seperti layaknya pergi ke suatu acara di tanah air. Selama dalam perjalanan tour dengan menggunakan bus, jangan sekali-kali meninggalkan barang-barang berharga di dalam bus. Seringkali ada orang yang tidak berkepentingan memanfaatkan kelengahan kita untuk naik ke dalam bus dan mencuri. Pengemudi Bus, Local Guide, Tour Operator dan Tour Leader tentu tidak dapat dimintai pertanggungjawaban bila terjadi kehilangan.

Peserta tour juga dianjurkan untuk membuat fotocopy dari passport, credit card atau dokumen perjalanan lainnya untuk dibawa dan ditinggal di rumah untuk keperluan emergency jika terjadi kehilangan.Terakhir yang tidak kalah penting adalah membawa 1 stel pakaian ganti lengkap dengan pakaian dalam, peralatan mandi dan handuk di dalam hand carry, untuk berjaga – jaga apabila bagasi terlambat sampai di tempat tujuan.

Pada umumnya hotel-hotel di Europe tidak seperti di Asia, dimana ukuran kamar lebih kecil serta lebih sederhana fasilitasnya. Untuk itu dianjurkan untuk membawa perlengkapan pribadi seperi sikat gigi, odol, sisir ataupun alat – alat toiletries. Dianjurkan juga untuk membawa memory/film kamera dan baterai dalam jumlah yang mencukupi, dikarenakan harga barang–barang tersebut relatif lebih mahal di luar negeri.

Visa yang telah diperoleh melalui Kedutaan di Indonesia tidak menjamin bagi pemegang visa untuk dapat masuk ke negara tersebut. Keputusan diperbolehkan atau tidaknya adalah hak sepenuhnya dari pihak Imigrasi pada waktu tiba di negara tujuan. Jika seseorang di tolak masuk/deportasi, maka berarti harus dipulangkan hari itu juga atas biaya dan tanggungan sendiri, dan biaya tour tidak dapat di uangkan kembali (non-refund)

Nah…. Gimana? Siap melakukan perjalanan wisata…? Kalau ya…. Ayo, mulai mengumpulkan dana …. Dan berdoa semoga semuanya berjalan dengan lancar.

Selasa, 14 Juli 2009

Vantastique Europe Tour III

Hari ke 9, 5 Juli 2009 bisa dikatakan kunjungan terakhir. Di Negara inilah perjalanan tour akan berakhir. Pronto Italiano …. Pronto Bambini ........ Bambini … Bambino … ucapan membawa kenangan melayang lebih dari 25 tahun yang lalu, setiap kali kami membawa Wahyu, anak pertama kami jalan-jalan di l’arc de Triomphe Paris dan bertemu dengan perempuan-perempuan itali yang bawel..............ssstttttt jangan bilang-bilang ya….


Cathedral Duomo di Milan
Tour program di Itali dimulai dengan melakukan perjalanan menuju Venice atau lebih dikenal dengan julukan “kota di atas air” yang terletak di tepi pantai Adriatic ini. Keindahan eksotika Itali ini, lagi-lagi disisipi dengan "KKN" yang menyenangkan antara pak Wawan dengan Aldo, sehingga kami bisa singgah di Milano alias Milan, kota mode di Italy.Di Milano, kami diturunkan di pusat keramaian dimana terdapat Basilika Duomo dan Emporium Victor Emanuelle II, keduanya berturut-turut adalah gereja dan pusat pertokoan yang sangat indah.

Usai makan siang dan berbelanja baik souvenir maupun barang bermerek, di Emporium Victor Emanuelle II, kami langsung tancap gas menuju Venizia. Tapi kali ini belum ke pulau Venizia tetapi masih di Venizia daratan atau disebut Mestre dan bermalam di hotel Moderne. Hanya satu malam menginap di Mestre.

Pagi hari setelah kembali menaikkan koper ke mobil, maka pada hari ke 10 tanggal 6 Juli 2009, kami diajak menuju pulau Venice dengan menumpang taxi air.

Ternyata banyak kapal pesiar yang sedang sandar di pelabuhan dan pasti dengan tujuan yang sama, melakukan wisata air di Venice alias Venizia. Menikmati perjalanan menyusuri kota lama Venizia melalui canal dengan naik gondola. Namun sebelum menikmati alunan riak air dengan gondola, kami diajak City tour berjalan kaki menyaksikan St. Mark Cathedral, Dodges Palace, serta mengunjungi pabrik gelas Muran0.

Usai makan siang bebas alias bayar sendiri yang tentunya harus pasta dan tiramisu … (kapan lagi makan pasta, pizza dan tiramisu di Negara asalnya?) kami melanjutkan perjalanan ke Pisa untuk menyaksikan Menara Miring Pisa yang merupakan salah satu dari tujuh keajaiban dunia. Setelah itu perjalanan menyusuri daerah pedalaman Tuscani yang terkenal dengan keindahan alamnya untuk bermalam di kota Prato.

Sebelum masuk hotel, kami mengunjungi piazza di Michelangelo dimana terdapat patung Daud dan makan malam di Tutto Bono, resto Italiano ….. yang ……. Huaaaahhhh …… mesti narik napas panjang nih …… Makanannya, luar biasa enaknya ….. Pizza …. Lasagna ….. beef steak ..........aduh ….. andaikan mampu, ingin kuhabiskan makanan yang ternyata tidak bisa dinikmati oleh peserta tour yang maniak nasi …. Huhuhu ….. maaf ya ibu n bapak yang kurang bisa menikmati makanan Italy ….. Sayang lho …. Rasanya baru kali itu saya menikmati lasagna dan steak yang luar biasa enaknya.

Et … enfin, dernier jour de voyages organise. Sudah hari ke 11 tanggal 7 Juli 2009. Ada banyak jalan menuju Roma” adalah ungkapan yang sering kita dengar untuk kota kaya akan sejarah ini. Sekarang kami masuk Roma melalui Prato.



Gondola ride
Seperti biasa, setelah makan pagi di hotel dan memasukkan koper ke bus dengan bantuan Aldo, kami berangkat menuju Roma. Seperti biasa toilet stop dilakukan setelah perjalanan mencapai 2 jam. Kali ini, karena sudah mau kembali ke Indonesia, maka saya berniat menghabiskan koin Euro dengan membeli coklat yang pasti luar biasa lembut dan lezat di Eurogrill, salah satu nama rest area.

Tiba di Roma, kami langsung menuju Vatican yang merupakan pusat agama Katolik, tempat kedudukan pimpinan tertinggai agama Katholik untuk mengagumi kemegahan Basilika St. Peter. Sambil menunggu Linda, local guide yang bahasa Inggris logat Italy nya sukar dimengerti, kami mengunjungi took souvenir yang nampaknya khusus dibuat untuk souvenir keagamaan berupa Rosario, salib dan lain-lain.

Bagi saya, kunjungan ke Basilika Saint Peter terlalu singkat, sehingga kita sama sekali tidak sempat menikmati keindahan basilica tersebut dengan seksama.Usai kunjungan numpang lewat ke Basilika St Peter, kami diajak ke Colloseum Roman Forum, dimana saya tidak turut mendekatinya. Kebetulan sudah pernah mengunjunginya dan bahkan masuk ke dalam Colloseum tersebut. Trevi Fountain yang sangat indah menjadi tujuan selanjutnya sambil melewati Monument Victor Emmanuelle. Malam terakhir di Roma kami menginap di G Hotel yang minimalis tapi resik dan menarik.


Basilica St Peter
Tanggal 8 Juli 2009, saat masyarakat Indonesia di tanah air sedang melaksanakan kewajiban politiknya memilih calon presiden, kami sedang bersiap menuju airport Roma yang dulu bernama Leonardo da Vinci. Akhirnya tanpa terasa usai sudah perjalanan panjang selama 10 hari (di luar waktu perjalanan dengan Qatar Airways).Alhamdulillah perjalanan berjalan dengan mulus. Tentu tidak 100% mulus tetapi, seperti kata pak Wawan, kerjasama antara Tour Leader alias TL, peserta dan supir yang luar biasa kompak serta penuh tenggang rasa membuat perjalan terasa mulus dan menyenangkan bagi semuanya terutama bagi mereka yang baru pertama kali menikmati wisata ke Eropa. 6 negara dan berbagai kota dan kawasan wisata sekaligus dikunjungi tentang mengundang rasa puas.

Pilihan makanan yang diajukan oleh TL walaupun relative monoton karena hanya Thai and Chinese Resto cukup dimaklumi karena peserta dari Indonesia tentu akan merasa kelaparan bila tidak bertemu dengan nasi. Toh, setiap hari selalu ada 1 kali waktu makan yang bisa dimanfaatkan untuk menikmati local menu.

Akhirnya ……. BRAVO VAYA TOUR …… BRAVO ANTA TOUR …. Saya tentu tidak akan ragu merekomendasikan perusahaan anda sebagai recommended travel agent untuk mengatur perjalanan wisata. ….(bersambung dengan tips and trick serta biaya perjalanan)

Senin, 13 Juli 2009

Vantastique Europe Tour II

Hari ke 4 : Paris – Brussels – Amsterdam, bisa jadi merupakan hari yang layak dicatat dalam kehidupan para peserta tour. Seperti kata Wawan sang tour leader, hari ini peserta akan makan pagi di Paris–Perancis, makan siang di Brussel–Belgia, ibukota Union Europeenne (Uni Eropa) dan makan malam di Amsterdam–Belanda. Bukan main….!
Perjalanan pagi dengan menggunakan bus wisata Trafalgar menuju Brussel melalui autoroute dengan kecepatan maksimum 100km/jam. Peserta yang masih kelelahan dengan semangat tinggi menyimak panduan Wawan sang TR yang memang sangat berpengalaman dan menguasai betul obyek wisata yang akan dikunjungi. Tujuan pertama di Brussel adalah Atomium, sebuah ikatan kimiawi yang terbuat dari stainless steel, lalu makan siang di sebuah restoran (lagi-lagi) Chinese/thai resto untuk kemudian dilanjutkan melihat Grand Palais yang merupakan komplek istana dan melihat patung maneken piss yang terkenal dan menjadi ikon Brussel.

Usai berbelanja souvenir dan mencicipi Belgian wafel dan coklat yang terkenal enaknya, perjalanan dilanjutkan menuju ibukota negara kincir angin, Amsterdam untuk makan malam di Resto Desa dimana peserta memuaskan rasa kangennya dengan menyantap ludas gado2, sayur asam, semur daging dan lainnya. Masakan Indonesia a la dapur Belanda. Lumayan buat menepis rindu pada masakan tanah air. Setelah kenyang, kami diajak ke hotel Holiday inn di Schipol. Kami mendapat kamar executive suite yang sangat nyaman.Hari ke 5, tanggal 1 Juli dimulai dengan sarapan pagi a la Holiday inn yang OK banget.

Acara di Negara kincir angin dimulai dengan mengunjungi desa nelayan Volendam dengan sebelumnya mengunjungi kincir air tertua di Belanda, pabrik pembuatan keju dan klompen Belanda, dan akhirnya Volendam. Seperti biasa berfoto merupakan kegiatan wajib untuk menunjukkan bahwa kita sudah mengunjungi Negara itu lho…. Hihihi … walau cuma kulitnya doang, tapi lumayan buat berbangga hati… Jadi, kincir angin kuno ramai dijadikan objek foto. Di Volendam, peserta membuat foto dengan pakaian asli nelayan Belanda, seperti yang banyak dilakukan oleh wisatawan dari berbagai Negara termasuk Indonesia. Sambil menunggu teman lainnya berfoto, kami berjalan-jalan menyusuri pantai Volendam dan menemukan patung-patung unik nelayan Belanda, menikmati fast food di tepi pantai.

Usai kunjungan ke Volendam, kami diajak ke Pabrik Pengasahan Berlian Costner yang berada di Amsterdam. Usai penjelasan mengenai mutu berlian, beberapa peserta yang tertarik dan atau memang telah merencanakannya, segera memilih butir berlian yang diminatinya. Harganya….., hm…. Tentu hanya orang yang “mampu” yang bisa membelinya.

Acara kemudian dilanjutkan Canal Cruise, mengelilingi kota dengan perahu menyusuri kanal-kanal kota yang merupakan satu keunikan dari Amsterdam dan ditutup dengan makan malam dan tentunya kembali ke hotel dengan perasaan puas tapi lelah.

Kamis 2 Juli 2009, hari ke 6, setelah sarapan pagi dan memasukkan koper ke bagasi bus, kami segera berangka menuju Frankfurt, via Koln. Ayo…. Ada yang inget nggak, apa keistimewaan Koln? Teman saya Aswil, melalui FB mengingatkan saya bahwa Koln adalah kotanya Etienne Aigner … merek produk berkelas yang terkenal itu lho. Tapi, bukan itu yang saya maksud ….. Koln alias Cologne di benak saya identik dengan 4711.

Ayo…. Kode apa ini? Ini adalah satu-satunya jenis minyak wangi kuno yang saya kenal sejak jaman nenek saya masih hidup. Etiketnya ternyata masih sama seperti jaman dulu, disebut Eau de Cologne (baca o de kolonye – air dari Koln) dengan merek 4711.Pendeknya, kami tiba di Koln alias Cologne tepat saat makan siang di pusat kota, tidak jauh dari Cathedral Cologne yang sangat indah. Kebakaran yang terjadi pada cathedral tidak mampu menghapuskan keindahannya.

Usai makan siang, perjalanan segera dilanjutkan menuju Frankfurt dimana sebagian perjalanan dilakukan dengan cruise di sungai Rhine melalui yang terkenal dengan legenda gadis bernama Lorerey. Tiba di Frankfurt seperti biasa, kami makan malam dulu sebelum masuk Sheraton hotel di Euffenbach, kota satelitnya Frankfurt

Jum’at 3 Juli 2009, hanya satu malam kami menikmati kenyamanan Sheraton Hotel di Frankfurt, tenaga yang sudah mulai mengendur karena kelelahan dalam perjalanan bus, harus membereskan koper dan menaikkannya kembali ke dalam bus. Aldo sang Italiano yang tinggi besar sigap memasukkan koper yang sudah mulai hamil ke dalam perut bus.

Hari ke 7 ini, kami melanjutkan perjalanan menuju Swiss yang indah, yaitu menuju Engelberg yang terletak di kaki gunung Titlis. Kami beruntung memiliki oom Wawan, begitu dia selalu dipanggil oleh Darrel alias Syiang-syiang sebagai tour leader yang selalu siap sedia mendongengi peserta tour tentang objek wisata yang akan dikunjungi maupun pengalaman-pengalaman pribadinya selama menjadi tour leader di Anta. Aldo pun tak kalah hebatnya. Sang supir selalu siap membantu dan tahu “medan” perjalanan sehingga kami tidak pernah tersasar selama dalam perjalanan.

Ketentuan pengemudi bus pariwisata yang mengharuskan supir melakukan istirahat setiap 2 jam tentu menguntungkan peserta terutama perempuan sehingga penghentian ini selalu dinamakan “TOILET STOP”, karena memang toilet itulah yang pertama kali diserbu peserta, sebelum kemudian membeli minuman dan cemilan untuk bekal selama perjalanan.

Atas kebaikan dan kerjasama yang baik antara pak Wawan dengan Aldo, maka perjalanan ke Engelberg dilakukan dengan terlebih dulu mampir ke Rhine’s Fall yang konon katanya air terjun terbesar di Eropa, sebelum akhirnya kami makan siang di Black Forest. Black forest yang satu ini bukan kue tart yang kita kenal, tapi adalah kawasan wisata alam/hutan tempat kue tersebut berasal, tetapi kawasan hutan cemara yang sangat rapat sehingga konon matahari tidak mampu menembus hutan cemara sehingga lahan hutan menjadi gelap dan dari sinilah timbul sebutan Black Forest.

Di sini kami berhenti di pabrik pembuatan jam kukuk asli, usaha turun temurun milik keluarga bernama DRUBA, melihat dari dekat pembuatannya dan…. Kalau berniat, membelinya tentu saja. Harganya…. Tentu relative. Tapi melihat proses dan keindahannya, rasanya harga dan kualitasnya sangat sepadan. Kami juga mencicipi makan siang ala Druba …. dan black forest tart yang aslinya ternyata tidak seheboh tart sejenis yang biasa kita makan di Indonesia.

Seperti biasanya di kawasan wisata, selalu ada took souvenir khas daerah tersebut. Kalau di Paris, kita akan membeli miniature menara Eiffel, di Belanda membeli klompen, maka di kawasan wisata Black Forest yang terletak di tepi danau Titisee, selain jam kukuk… maka saya menemukan souvenir khas….. yaitu boneka nenek sihir….!!! Dan tidak lupa, untuk pertama kalinya saya punya kesempatan membeli …. Black Cherry…. Yang memang sudah diniatkan sejak awal perjalanan.Perjalanan masuk dan keluar Swiss adalah satu-satunya perjalanan di Schengen country yang harus melalui immigration check point.

Swiss adalah Negara terindah di dunia. Sungguh, ini bukan omong kosong… bersih teratur dan indah. Entah bagaimana cara mengaturnya, namun sepanjang perjalanan, walaupun secara umum pemandangan alam yang sersaji begitu indah, namun di Swiss lah pemandangan alam di kiri dan kanan autoroute tersaji begitu indahnya sehingga tanpa sadar, jepretan demi jepretan kamera terdengar di dalam bus sehingga tanpa terasa kami tiba di desa Engelberg yang terletak kaki gunung Titlis.

Jangan bandingkan desa wisata di Swiss dengan desa wisata manapun di Indonesia. Tanpa mengurangi kecintaan pada tanah air, maka kita harus mengakui bahwa Swiss memang Negara yang sangat indah.Bus wisata kali ini tidak bisa berhenti di depan hotel. Kami harus membawa koper melalui terowongan untuk kemudian naik lift ke lobby hotel, karena Terrace hotel tempat kami menginap terletak di lereng bukit. Ini adalah hotel kuno dengan lantai kayu namun tetap bersih dan nyaman.

Dari jendela dan balkon hotel langsung tersaji pemandangan yang luar biasa indah. Salju abadi maupun keindahan alamnya yang luar biasa. Sehingga 1 malam di Terrace Hotel pasti tidak akan cukup untuk menikmati. Tempat ini sebetulnya lebih cocok buat para honeymooners.Hari ke 8, tanggal 4 Juli 2009 usai makan pagi kami diajak naik ke puncak gunung Titlis (3.020 m dpl) dengan menggunakan kereta gantung sengan 2 kali stop over dimana kereta gantung terakhir dapat berputar 360derajat.Mt. Titlis adalah salah satu puncak pegunungan Alpen dengan ketinggian 3,020 di atas permukaan laut dan terkenal dengan salju abadi serta pemandangannya yang sangat indah.

Perjalanan ke puncak juga sangat menarik tatkala kita disajikan suara genta berirama sangat indah yang terikat di leher sapi yang sedang makan. Makan siang hari itu tersaji di restoran di puncak gunung Titlis. Disini, peserta tour juga dapat membuat foto kenangan dengan menggunakan pakaian asli penduduk desa yang sangat indah.Sore hari, kami diajak berorientasi di kota Lucerne atau Luzern dengan mengunjungi Lion Monument dan Chapel Bridge yang terletak di tengah danau yang sangat jernih sehingga dasar danau tersebut dapat terlihat dengan jelas. Luzern alias Lucerne merupakan water front city yang sangat indah.

BUKAN KARANGAN BUNGA🌺🌺

 Dapat kiriman tulisan yang bagus, untuk refleksi diri DICARI Teman yg bisa  Mensholatkan kita...   Ketika KITA WAFAT... BUKAN KARANGAN BUNG...